FENOMENA REGRESI PADA
PENDERITA PARANOID
(Analisis Kasus “A”)
disusun oleh:
Ainul Mardzia (10513490)
2PA07
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap orang pasti memiliki masa lalu, baik masa
lalu yang menyenangkan maupun masa lalu yang menyedihkan. Biasanya pengalaman
yang menyenangkan akan menjadi kenangan indah dalam hidup seseorang, setiap
kali mengingat kenangan tersebut akan menciptakan suasana hati yang gembira.
Namun sebaliknya, pengalaman yang menyedihkan akan menjadi sebuah tamparan di
hidup seseorang.
Biasanya
pengalaman buruk akan lebih diingat olah seseorang, dan bisa juga menyebabkan
traumatis. Tak jarang ada orang yang ingin meluapkan rasa sedihnya dengan cara
menyakiti orang lain atau membuat orang lain merasakan apa yang ia rasakan.
Dalam kasus ini yang akan
dibahas penulis adalah kasus seseorang berinisial “A” yang mengalami fenomena
regresi pada penderita paranoid. Penderita mengalami reaksi seperti mengompol,
kecemasan dan sebagainya.
BAB II
Landasan Teori
1. Teori
Psikoanalisis
Sigmund Freud
mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).
a)
Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang
berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.Menurut Freud, hanya
sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan
ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan
hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi
kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan
segera tertekan kedaerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindah
perhatiannya ke yang lain.
b)
Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan
siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara
sadar dan tak sadar.Isi preconscious berasal dari conscious dan
clanunconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari
tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
Di sisi lain, isi-materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau
sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak
sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang
sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk
simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c)
Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian
yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian
terpenting dari jiwa manusia.Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan
empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari
lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang
ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi
ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam
ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap
tidak disadari.
Model perkembangan psikoanalisis dasar,
yang terus-menerus dimodifikasi oleh Freud selama 50 tahun terakhir hidupnya,
terdiri atas tiga komponen pokok; (1) satu komponen dinamik atau ekonomik yang
menggambarkan pikiran manusia sebagai sistem energi yang cair; (2) satu
komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga
struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan perilaku;
dan (3) satu komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah
maju dari satu tahap perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada
daerah-daerah tubuh yang sensitif, tugas-tugas perkembangan, dan
konflik-konflik psikologis tertentu
2.
Kecemasan (anxiety)
Kecemasan
adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya
suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Ada tiga
jenis kecemasan
1) kecemasan
realistik (realistic anxiety)
adalah takut kepada bahaya yang nyata
ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan
neurotik dan kecemasan moral.
2) kecemasan
neurotik (neurotic anxiety)
adalah ketakutan terhadap hukuman yang
bakal diterima dari orang tua atau unsur penguasa lainnya kalau seseorang
memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai
hukuman.
3) kecemasan moral (moral anxiety)
kecemasan moral timbul ketika orang
melanggar standar nilai orang tua. Perbedaan kecemasan moral dan kecemasan neurotik
adalah perbedaan prinsip yakni : tingkat
kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan
masalahnya berkat enerji superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang
dalam keadaan distres-terkadang panik-sehingga mereka tidak dapat berpikir
jelas dan enerji id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara
khayalan dengan realita.
3.
Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah
sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan
memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak
terselesaikan.Freud memandang mimpi-mimpi sebagai â€Å“jalan istimewa menuju
ketidaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkap.
Mimpi-mimpi
memiliki dua taraf isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas
motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena
begitu mengancam dan menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak
sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang
lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi.
Proses transformasi is laten mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam
itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang
disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes
mimpi, selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan
secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna menyingkap makna-makna yang
terselubung.
a)
Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari.
Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien
sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan
meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan depresi
itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki ke
kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus menghadapinya jika dia
mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis.
Resistensi-resistensi bukanlah hanya
sesuatu yang harus diatasi.Karena merupakan perwujudan dari
pendekatan-pendekatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya,
resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan,
tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih
memuaskan.
b)
Analisis dan Penafsiran Transferensi
Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika
berhadapan dengan urusan yang tak selesai (unfinished
business) di masa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh yang menyebabkan
subyek mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana
bereaksi terhadap ibu atau ayahnya.
Analisis
transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong
klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran
hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus: konflik-konflik
masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat
pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek psikopatologis dari hubungan
masadini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik
emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.
4.
Analisis
Kasus
Penulis memiliki teman
dekat dimana dari kecil dia adalah anak yang penakut akan hal-hal gaib,
sehingga semasa kecil dia selalu takut untuk menonton film seram. Ditambah lagi
mendengar cerita seram dari orang-orang terdekatnya.Namun hal itu tetap dia
lakukan sampai-sampai dia pernah terbawa mimpi akibat menonton film seram yang
menyebabkan dia mengompol karena rasa takut yang dia rasakan.
Disamping itu dia juga
termasuk anak yang sangat aktif dalam melakukan suatu aktivitas. Setiap pulang
sekolah ia suka bermain, yang seharusnya tidur siang, sehingga keinginan untuk
bermain sering tertunda. Jika ayahnya tidak dirumah dia suka bermain, begitu
pula sebaliknya. Jika beliau ada dirumah pastinya ia tidak boleh keluar dan
disuruh tidur siang.
Ini adalah kasus yang
dialami “A” saat umur 6-10 tahun. Sehingga pada tahun-tahun tersebut perkembangan
psikisnya mengalami gangguan yang menyebabkan dirinya berprilaku sama pada
tahun sebelumnya (terjadi regresi) atau ketakutan berlebih yang lama kelamaan
bisa jadi traumatic pada pengalaman masa lalunya.
Kasus yang subjek alami
adalah regresi yang memunculkan reaksi yaitu mengompol sewaktu berusia 6-10
tahun akibat rasa takut akan hal-hal gaib dan tertundanya melakukan aktivitas
yang aktif seperti bermain hingga terbawa mimpi. Kasus tersebut penulis
hubungkan dengan teori Psikoanalisis oleh Sigmund freud khususnya mengenai
Kecemasan dan Analisis mimpi.
Sikap nya menunjukan
atau berperilaku seperti cemas akan hal berlebih disitu penulis bisa
meghubungkan kasus ini dengan teori kecemasan oleh Freud yaitu Kecemasan
Moral.Kecemasan menurut freud adalah Kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Seperti yang teman penulis alami
yaitu kecemasan yang dia rasakan saat tidur dan bermimpi dan takut terhadap hal
gaib yang ia piker bisa membahayakan diri nya.
Disini kecemasan
realistik (realistic anxiety) adalah
takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar.Kecemasan ini menjadi asal
muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Mungkin yang teman
penulis alami masuk dengan kecemasan realistic dan kecemaan moral, takut akan
hal gaib atau bisa dibilang dunia luar yang beda dari dunia manusia.
Lalu kasus ini penulis hubungkan juga
dengan teori analisis mimpi.Freud menjelaskan bahwa analisis mimpi dikaitkan
dengan peristiwa yang terjadi, pemimpi dalam kehidupan nyata.Terutama peristiwa
yang terjadi pada hari sebelumnya, sebagian besar mencerminkan interprestasi
mimpinya ketakutan, keinginan dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar
kita. Bahkan mimpi negative dapat ditafsirkan sebagi peristiwa yang pemimpi
berharap tidak akan terjadi. Hal ini terjadi pada teman penulis tersebut karna
setiap menonton dan mendengar hal-hal yang gaib membuat dirinya ketakutan
hingga terbawa kedalam mimpi dan mengompol yang tidak dia harap akan terjadi.
Definisi mimpi menurut
freud, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur. Baginya, mimpi
adalah ekspresi yang terdistrosi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan
yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Analisis mimpi digunakan oleh
freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang
abstrak terhadap alam bawah sadar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Subjek
mengalami fenomena regresi disebabkan oleh pengalaman traumatis sebelumnya yang
terjadi pada saat kecil., Reaksi regresi
tersebut muncul dalam bentuk mengompol dan kecemasan berlebih. Regresi berupa
mengompol tersebut bukan merupakan hal yang normal atau wajar karena subyek
sudah dewasa. Subyek merasa takut dan mengalami kecemasan berlebih pada saat
tidur dan mengalami mimpi buruk. Subyek
takut dengan makhluk gaib yang sering subyek tonton di televisi.
Subyek merasa takut pada hal gaib karena merasa
dirinya akan terancam oleh dunia luar. Hal ini terkait dengan
teori kecemasan moral. Kecemasan itu timbul karena subyek merasa bersalah telah
melanggar perintah orang tuanya untuk tidak melihat film horror. Hingga ia tidur pun masih terbawa mimpi akan hal yang
menakutkan itu. Jika dikaitkan oleh teori yaitu oleh teori Analisis mimpi oleh
Freud dimana hal-hal yang ditekan akan muncul dalam bentuk mimpi.
B.
Saran
Saran
penulis untuk kasus regresi yang dialami oleh subjek adalah melakukan pemulihan
dengan hypnotheraphy untuk
menetralisir regresi pada subjek, dan juga harus didukung oleh keluarga, teman
dan masyarakat agar pemulihannya menjadi lebih cepat.
Target
utama adalah untuk menghilangkan atau meminimalisasi kecemasan yang dialami
oleh subyek. Jika kecemasan itu sudah diminimalisir, diharapkan bentuk regresi
(berupa perilaku mengompol) dapat dihilangkan.
Yang
terpenting adalah menghilangkan sikap atau perilaku menghina pada subyek.
Misalnya sudah dewasa masih mengompol. Stigma negative akan memperkuat gangguan
kecemasan subyek.
DAFTAR
PUSTAKA
Feist,
Jess. George J, Feist. 2010. Theoris of
Personality. Salemba Humanika : Jakarta.